Pengertian Inflasi
dan Overstatement
Inflasi merupakan proses
kenaikan harga-harga umum secara terus menerus. Inflasi akan mengakibatkan
menurunnya daya beli masyrakat, karena secara riil tingkat pendapatannya
menurun. Misalnya, besarnya inflasi pada tahun yang bersangkutan naik sebesar 7
%, sementara pendapatan tetap , hal itu berarti secara riil pendapatan
mengalami penurunan sebesar 7 % yang relative akan menurunkan daya beli sebesar
5%. Overstatement adalah pernyataan yang berlebih-lebihan.
Overstatement di bidang ekonomi contohnya dalam penyesuaian inflasi terhadap
harga pokok penjualan dan beban depresiasi yang dirancang untuk menentukan
laba, seperti dilaporkan agar tidak terjadi overstatement laba. Meskipun begitu
akibat hubungan negatif antara inflasi lokal dan nilai valuta, perubahan kurs
antara laporan keuangan baru dengan laporan keuangan yang lain yang berurutan,
yang umumnya diakibatkan oleh inflasi (paling tidak selama satu periode
tertentu), akan menyebabkan perusahaan merefleksikan paling tidak sebagian
dampak inflasi (yaitu, penyesuaian-penyesuaian ganda, kerugian translasi yang
telah tercermin dalam laba seperti dilaporkan sebuah perusahaan harus
diperhitungkan sebagai bagian dari penyesuaian inflasi.
Penggolongan Inflasi
Berdasarkan asalnya, inflasi
dapat digolongkan menjadi dua, yaitu inflasi yang berasal dari dalam negeri dan
inflasi yang berasal dari luar negeri. Inflasi berasal dari dalam negeri
misalnya terjadi akibat terjadinya defisit anggaran belanja yang dibiayai
dengan cara mencetak uang baru dan gagalnya pasar
yang berakibat harga bahan makanan menjadi mahal. Sementara itu, inflasi dari
luar negeri adalah inflasi yang terjadi sebagai akibat naiknya harga barang impor.
Hal ini bisa terjadi akibat biaya produksi barang di luar negeri tinggi atau
adanya kenaikan tarif impor barang.
Inflasi juga dapat
dibagi berdasarkan besarnya cakupan pengaruh terhadap harga. Jika kenaikan
harga yang terjadi hanya berkaitan dengan satu atau dua barang tertentu,
inflasi itu disebut inflasi tertutup
(Closed Inflation). Namun,
apabila kenaikan harga terjadi pada semua barang secara umum, maka inflasi itu
disebut sebagai inflasi terbuka
(Open Inflation). Sedangkan
apabila serangan inflasi demikian hebatnya sehingga setiap saat harga-harga
terus berubah dan meningkat sehingga orang tidak dapat menahan uang lebih lama
disebabkan nilai uang terus merosot disebut inflasi yang tidak terkendali (Hiperinflasi).
Berdasarkan
keparahannya inflasi juga dapat dibedakan :
- Inflasi ringan (kurang dari 10% / tahun)
- Inflasi sedang (antara 10% sampai 30% / tahun)
- Inflasi berat (antara 30% sampai 100% / tahun)
- Hiperinflasi (lebih dari 100% / tahun)
Dampak
Inflasi bagi masyarakat
1.
Dampak Inflasi terhadap Pendapatan
Inflasi
dapat mengubah pendapatan masyarakat. Perubahan dapat bersifat menguntungkan
atau merugikan. Pada beberapa kondisi (kondisi inflasi lunak), inflasi dapat
mendorong perkembangan ekonomi. Inflasi apat mendorong pengusaha untuk
memperluas produksinya . Namun bagi masyarakat berpenghasilan tetap akan
menyebabkan mereka rugi karena penghasilan yang tetap itu jika ditukarkan
dengan barang dan jasa akan semakin sedikit.
2.
Dampak Inflasi terhadap Ekspor
Pada
keadaan inflasi daya saing untuk barang ekspor berkurang . Berkurang nya daya
saing terjadi karena harga barang ekspor semakin mahal. Inflasi
dapat menyulitkan para eksportir dan Negara. Negara mengalami kerugian karena
daya saing barang ekspor berkurang, yang mengakibatkan jumlah penjualan
berkurang . Devisa yang diperoleh juga semakin kecil.
3.
Dampak Inflasi terhadap Minat Orang untuk Menabung
Pada
masa inflasi, pendapatan riil para penabung berkurang karena jumlah bunga yang
diterima pada kenyataanya berkurang karena laju inflasi.
4.
Dampak Inflasi terhadap Kalkulasi Harga pokok
Keadaan
inflasi menyebabkan perhitungan untuk menetapkan harga pokok dapat terlalu kecil
atau bahkan terlalu besar. Oleh karena persentase dari inflasi tidak teratur .
Cara Mengatasi Terjadinya Inflasi
1. Kebijakan Moneter
Kebijakan
moneter adalah kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan pendapatan nasional
dengan cara mengubah jumlah uang yang beredar. Penyebab inflasi diantara jumlah
uang yang beredar terlalu banyak sehingga dengan kebijakan ini diharapkan
jumlah uang yang beredar dapat dikurangi menuju kondisi normal.
Kebijakan moneter dapat dilakukan melalui
instrument-instrumen berikut:
• Politik diskoto (Politik uang ketat): bank
menaikkan suku bunga sehingga jumlah uang yang beredar dapat
dikurangi.Kebijakan diskonto dilakukan dengan menaikkan tingkat bunga sehingga
mengurangi keinginan badan-badan pemberi kredit untuk mengeluarkan pinjaman
guna memenuhi permintaan pinjaman dari masyarakat. Akibatnya, jumlah kredit
yang dikeluarkan oleh badan-badan kredit akan berkurang, yang pada akhirnya
mengurangi tekanan inflasi.
• Politik pasar terbuka: bank sentral menjual
obligasi atau surat berharga ke pasar modal untuk menyerap uang dari masyarakat
dan dengan menjual surat berharga bank sentral dapat menekan perkembangan
jumlah uang beredar sehingga jumlah uang beredar dapat dikurangi dan laju
inflasi dapat lebih rendah.Operasi pasar terbuka (open market operation), biasa
disebut dengan kebijakan uang ketat (tight money policy), dilakukan dengan
menjual surat-surat berharga, seperti obligasi negara, kepada masyarakat dan
bank-bank. Akibatnya, jumlah uang beredar di masyarakat dan pemberian kredit
oleh badan-badan kredit (bank) berkurang, yang pada akhirnya dapat mengurangi tekanan
inflasi.
• Peningkatan cash ratio:Kebijakan persediaan
kas artinya cadangan yang diwajibkan oleh Bank Sentral kepada bank-bank umum
yang besarnya tergantung kepada keputusan dari bank sentral/pemerintah. Dengan
jalan menaikan perbandingan antara uang yang beredar dengan uang yang mengendap
di dalam kas mengakibatkan kemampuan bank untuk menciptakan kredit berkurang
sehingga jumlah uang yang beredar akan berkurang. Menaikkan cadangan uang kas
yang ada di bank sehingga jumlah uang bank yang dapat dipinjamkan kepada
debitur/masyarakat menjadi berkurang. Hal ini berarti dapat mengurangi jumlah
uang yang beredar.
2. Kebijakan Fiskal
Kebijakan
Fiskal adalah kebijakan yang berhubugan dengan finansial pemerintah. Kebijakan
fiskal dapat dilakukan melalui instrument berikut:
• Mengatur penerimaan dan pengeluaran
pemerintah, sehingga pengeluaran keseluruhan dalam perekonomian bisa
dikendalikan. Pemerintah tidak menambah pengeluarannya agar anggaran tidak
defisit.
• Menaikkan pajak. Dengan menaikkan pajak,
konsumen akan mengurangi jumlah konsumsinya karena sebagian pendapatannya untuk
membayar pajak. Dan juga akan mengakibatkan penerimaan uang masyarakat
berkurang dan ini berpengaruh pada daya beli masyarakat yang menurun, dan
tentunya permintaan akan barang dan jasa yang bersifat konsumtif tentunya
berkurang.
3. Kebijakan Non Moneter
Kebijakan nom moneter adalah
kebijakan yang tidak berhubungan dengan finansial pemerintah maupun jumla uang
yang beredar, cara ini merupakan langkah alternatif untuk mengatasi inflasi.
Kebijakan non moneter dapat dilakukan melalui instrument berikut:
• Mendorong
agar pengusaha menaikkan hasil produksinya.
Cara ini cukup efektif mengingat inflasi disebabkan oleh kenaikan jumlah barang konsumsi tidak seimbang dengan jumlah uang yang beredar. Oleh karena itu pemerintah membuat prioritas produksi atau memberi bantuan (subsidi) kepada sektor produksi bahan bakar, produksi beras.
Cara ini cukup efektif mengingat inflasi disebabkan oleh kenaikan jumlah barang konsumsi tidak seimbang dengan jumlah uang yang beredar. Oleh karena itu pemerintah membuat prioritas produksi atau memberi bantuan (subsidi) kepada sektor produksi bahan bakar, produksi beras.
• Menekan
tingkat upah.
tidak lain merupakan upaya menstabilkan upah/gaji, dalam pengertian bahwa upah tidak sering dinaikan karena kenaikan yang relatif sering dilakukan akan dapat meningkatkan daya beli dan pada akhirnya akan meningkatkan permintaan terhadap barang-barang secara keseluruhan dan pada akhirnya akan menimbulkan inflasi.
tidak lain merupakan upaya menstabilkan upah/gaji, dalam pengertian bahwa upah tidak sering dinaikan karena kenaikan yang relatif sering dilakukan akan dapat meningkatkan daya beli dan pada akhirnya akan meningkatkan permintaan terhadap barang-barang secara keseluruhan dan pada akhirnya akan menimbulkan inflasi.
• Pemerintah
melakukan pengawasan harga dan sekaligus menetapkan harga maksimal.
• Pemerintah
melakukan distribusi secara langsung.
Dimaksudkan agar harga tidak terjadi kenaikan, hal ini seperti yang dilakukan pemerintah dalam menetapkan harga tertinggi (harga eceran tertinggi/HET). Pengendalian harga yang baik tidak akan berhasil tanpa ada pengawasan. Pengawasan yang tidak baik biasanya akan menimbulkan pasar gelap. Untuk menghindari pasar gelap maka distribusi barang harus dapat dilakukan dengan lancar, seperti yang dilakukan pemerintah melalui Bulog atau KUD.
Dimaksudkan agar harga tidak terjadi kenaikan, hal ini seperti yang dilakukan pemerintah dalam menetapkan harga tertinggi (harga eceran tertinggi/HET). Pengendalian harga yang baik tidak akan berhasil tanpa ada pengawasan. Pengawasan yang tidak baik biasanya akan menimbulkan pasar gelap. Untuk menghindari pasar gelap maka distribusi barang harus dapat dilakukan dengan lancar, seperti yang dilakukan pemerintah melalui Bulog atau KUD.
•
Penanggulangan inflasi yang sangat parah (hyper inflation) ditempuh dengan cara
melakukan sneering (pemotongan nilai mata uang).Sanering berasal dari bahasa
Belanda yang berarti penyehatan, pembersihan, reorganisasi. Kebijakan sanering
antara lain:
·
Penurunan nilai uang
·
Pembekuan sebagian simpanan pada bank – bank dengan ketentuan bahwa simpanan
yang dibekukan akan diganti menjadi simpanan jangka panjang oleh pemerintah.
Senering ini pernah dilakukan oleh pemerintah pada tahun 1960-an pada saat inflasi mencapai 650%. Pemerintah memotong nilai mata uang pecahan Rp. 1.000,00 menjadi Rp. 1,00.
Senering ini pernah dilakukan oleh pemerintah pada tahun 1960-an pada saat inflasi mencapai 650%. Pemerintah memotong nilai mata uang pecahan Rp. 1.000,00 menjadi Rp. 1,00.
• Kebijakan
yang berkaitan dengan output. Kenaikan output dapat memperkecil laju inflasi.
Kenaikan jumlah output ini dapat dicapai misalnya dengan kebijakan penurunan
bea masuk sehingga impor barang cenderung meningkat. Bertambahnya jumlah barang
di dalam negeri cenderung menurunkan harga.
• Kebijakan
penentuan harga dan indexing. Ini dilakukan dengan penentuan ceiling price.
• Devaluasi
adalah penurunan nilai mata uang dalam negeri terhadap mata uang luar negeri.
Jika hal tersebut terjadi biasanya pemerintah melakukan intervensi agar nilai
mata uang dalam negeri tetap stabil. Istilah devaluasi lebih sering dikaitkan
dengan menurunnya nilai uang satu negara terhadap nilai mata uang asing.
Devaluasi juga merujuk kepada kebijakan pemerintah menurunkan nilai mata uang
sendiri terhadap mata uang asing.
Sejarah
inflasi di Indonesia antara tahun 1950-2002 dalam pemaparan Akhtar Hossain
antara lain dikelompokkan dalam 3 periode utama yakni:
1. Periode Soekarno, tingkat inflasi
lebih dipengaruhi kepentingan politik dan pertumbuhan ekonomi seolah
dikorbankan. Saat itu, pemerintahan lebih memilih mencetak uang terus menerus
dan tanpa diikuti peningkatan produktivitas dan penciptaan lapangan kerja.
Akibatnya di tahun 1965 tingkat inflasi menjadi sangat tinggi mencapai 162,9%.
Bahkan dalam satu hari inflasi pernah mencapai 2 persen. Situasi itu
mengakibatkan terjadinya kerusuhan di mana-mana dan bermuara pada kejatuhan
Presiden Soekarno.
2. Era Soeharto, pembangunan ekonomi
menjadi tujuan utama dengan penekanan pada upaya mencapai stabilitas dan
pertumbuhan ekonomi. Di era ini, pemicu (trigger) yang mendorong pertumbuhan
mengandalkan investasi, hasilnya bentuk pertumbuhan tetap moderat.
3. Sementara itu, pada periode setelah
krisis, pembangunan ekonomi dinilainya hanya ditujukan untuk mencapai
stabilisasi dan pertumbuhan ekonomi yang digerakkan peningkatan daya beli
masyarakat
Studi penyebab inflasi di Indonesia telah
banyak dilakukan antara lain oleh Boorman (1975), Djiwandono (1980), Nasution
(1983), Ahmad (1985), Ikhsan (1991). Namun pada umumnya dari studi diatas
menunjukkan bahwa penyebab inflasi di Indonesia ada dua macam:, yaitu inflasi
yang diimpor dan defisit dalam Anggaran Pemerintah Belanja Negara (APBN).
Penyebab inflasi lainnya menurut Sadono Sukirno adalah kenaikan harga-harga
yang diimpor, penambahan penawaran uang yang berlebihan tanpa diikuti oleh
pertambahan produksi dan penawaran barang, serta terjadinya kekacauan politik
dan ekonomi sebagai akibat pemerintahan yang kurang bertanggung jawab
No comments:
Post a Comment